Rita Susmito

Hai sahabat Brainy! Pernahkah anakmu tiba-tiba menangis histeris, berguling-guling di lantai, atau berteriak kencang tanpa alasan yang jelas? Yup, tantrum memang menjadi "momok" bagi para orang tua, terutama yang baru memiliki anak.

Tenang, sahabat Brainy, tantrum merupakan hal yang normal dialami oleh anak-anak, kok. Tantrum merupakan salah satu cara anak mengekspresikan emosi mereka, terutama saat usia 1 hingga 4 tahun. Biasanya, tantrum yang normal hanya berupa tangisan dan rengekan, dan akan berkurang seiring bertambahnya usia anak.

Nah, untuk mencegah tantrum yang berlebihan, penting bagi orang tua untuk memahami perkembangan emosi anak. Yuk, simak penjelasannya!

Perkembangan Emosi Anak: Kunci Mencegah Tantrum Abnormal

Orang tua sedang menenangkan anak yang sedang tantrum/ilustrasi

Dokter I Gusti Ayu Trisna Windiani mengatakan bahwa perkembangan emosi anak dapat menjadi acuan bagi orang tua untuk mencegah tantrum yang abnormal. Berikut tahap perkembangan emosi anak sesuai usianya:

Usia Perkembangan Emosi
1 bulan Membedakan suara ibunya, menangis karena distress
2 bulan Merespons suara dan membalas senyuman
3 bulan Memberikan ekspresi terhadap sesuatu yang mengganggu
4 bulan Tersenyum saat melihat atau mendengar suara yang menyenangkan
5 bulan Mengenal siapa yang mengasuhnya dan membentuk hubungan dengan pengasuh
6 bulan Cemas dengan orang yang tidak dikenal
7 bulan Melihat suatu objek dan orang tua secara bergantian saat membutuhkan bantuan
8 bulan Anak mengetahui pergerakan orang dewasa
9 bulan Menggunakan suara untuk menarik perhatian
10 bulan Mencari terutama saat namanya dipanggil
11 bulan Memberi sesuatu ke orang dewasa untuk didemonstrasikan
12 bulan Menunjukkan benda yang disukai (protoimperative pointing)
13 bulan Bermain sendiri dengan barang kesukaan dan menunjukkan sesuatu yang disukai pengasuh
14 bulan Menunjuk saat tertarik sesuatu (protodeclarative pointing)
15 bulan Menunjukkan rasa empati seperti membalas pelukan
16 bulan Dapat mencari pengasuhnya dan malu saat diperhatikan orang
18 bulan Bisa mensimulasikan permainan seperti bermain masak-masakan
20 bulan Mulai berpikir tentang rasa seperti bermain boneka dengan ekspresi
21 bulan Mulai menunjukkan perilaku menentang
24 bulan Mulai mengendalikan emosi untuk mengikuti etika
28 bulan Cemas berpisah mulai berkurang
30 bulan Mengikuti aktivitas orang tua seperti menyapu atau mengepel
33 bulan Mulai mencoba membantu pekerjaan rumah
3 tahun Mulai berbagi dengan atau tanpa diminta dan dapat menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan apa yang dipikirkan
4 tahun Tertarik untuk "menipu" orang lain dan khawatir tertipu serta dapat menunjukkan rasa bahagia, takut, dan marah pada diri sendiri
5 tahun Mempunyai kelompok teman bermain dan mampu menyampaikan minta maaf ketika memiliki salah
6 tahun Mampu membedakan fantasi dan kenyataan

Ciri-ciri Tantrum Normal dan Abnormal

Nah, sahabat Brainy, tantrum normal dan abnormal tentu memiliki perbedaan.

  • Tantrum normal berlangsung beberapa kali dalam seminggu dan sesuai dengan usia anak. Durasinya juga tidak lama dan tidak sampai melukai diri sendiri atau orang lain.

  • Tantrum abnormal merupakan luapan emosi yang berlebihan dan dapat menyebabkan luka, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Tantrum abnormal bisa terjadi pada siapa saja, tapi umumnya dialami oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti:

    • Autisme (ASD)
    • ADHD
    • Disabilitas intelektual
    • Gangguan bahasa

Penyebab Tantrum pada Anak

Ada beberapa faktor yang dapat memicu tantrum pada anak, yaitu:

  • Kondisi fisiologis: seperti kelelahan, lapar, bosan, atau frustasi.
  • Masalah kesehatan: seperti sakit gigi, demam, atau infeksi telinga.
  • Penolakan: saat keinginan anak tidak terpenuhi.
  • Keterampilan coping yang belum matang: anak belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik.
  • Pola asuh orang tua: pola asuh yang otoriter dan peraturan yang tidak konsisten dapat memicu tantrum.
  • Masalah lingkungan keluarga dan sosial: tekanan dari lingkungan sekitar juga dapat menjadi pemicu tantrum.

Tips Menghadapi Tantrum Anak

Lalu, bagaimana cara menghadapi anak yang sedang tantrum?

  • Tetap tenang: jangan terpancing emosi anak.
  • Berikan pelukan atau usapan lembut: tunjukkan bahwa kamu ada untuknya.
  • Alihkan perhatiannya: berikan mainan atau ajak ia melakukan aktivitas lain yang ia sukai.
  • Berikan pilihan: misalnya, "Kamu mau pakai baju merah atau biru?".
  • Konsisten: terapkan aturan yang jelas dan konsisten, jangan mudah luluh dengan rengekan anak.
  • Berikan pujian: saat ia berhasil mengendalikan emosinya, berikan apresiasi atas usahanya.

Ingat, sahabat Brainy, tantrum adalah hal yang normal. Dengarkan dan pahami emosi anak, berikan ia rasa aman dan nyaman, dan dampingi ia dalam belajar mengendalikan emosinya. Konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika tantrum anak tak kunjung membaik, ya.

Login untuk menambahkan komentar
Klik tombol Google dibawah ini untuk masuk sebagai user

Tambahkan Komentar

Kamu mungkin juga suka