Hai sahabat Brainy! Pernahkah anakmu tiba-tiba menangis histeris, berguling-guling di lantai, atau berteriak kencang tanpa alasan yang jelas? Yup, tantrum memang menjadi "momok" bagi para orang tua, terutama yang baru memiliki anak.
Tenang, sahabat Brainy, tantrum merupakan hal yang normal dialami oleh anak-anak, kok. Tantrum merupakan salah satu cara anak mengekspresikan emosi mereka, terutama saat usia 1 hingga 4 tahun. Biasanya, tantrum yang normal hanya berupa tangisan dan rengekan, dan akan berkurang seiring bertambahnya usia anak.
Nah, untuk mencegah tantrum yang berlebihan, penting bagi orang tua untuk memahami perkembangan emosi anak. Yuk, simak penjelasannya!
Perkembangan Emosi Anak: Kunci Mencegah Tantrum Abnormal
Dokter I Gusti Ayu Trisna Windiani mengatakan bahwa perkembangan emosi anak dapat menjadi acuan bagi orang tua untuk mencegah tantrum yang abnormal. Berikut tahap perkembangan emosi anak sesuai usianya:
Usia | Perkembangan Emosi |
---|---|
1 bulan | Membedakan suara ibunya, menangis karena distress |
2 bulan | Merespons suara dan membalas senyuman |
3 bulan | Memberikan ekspresi terhadap sesuatu yang mengganggu |
4 bulan | Tersenyum saat melihat atau mendengar suara yang menyenangkan |
5 bulan | Mengenal siapa yang mengasuhnya dan membentuk hubungan dengan pengasuh |
6 bulan | Cemas dengan orang yang tidak dikenal |
7 bulan | Melihat suatu objek dan orang tua secara bergantian saat membutuhkan bantuan |
8 bulan | Anak mengetahui pergerakan orang dewasa |
9 bulan | Menggunakan suara untuk menarik perhatian |
10 bulan | Mencari terutama saat namanya dipanggil |
11 bulan | Memberi sesuatu ke orang dewasa untuk didemonstrasikan |
12 bulan | Menunjukkan benda yang disukai (protoimperative pointing) |
13 bulan | Bermain sendiri dengan barang kesukaan dan menunjukkan sesuatu yang disukai pengasuh |
14 bulan | Menunjuk saat tertarik sesuatu (protodeclarative pointing) |
15 bulan | Menunjukkan rasa empati seperti membalas pelukan |
16 bulan | Dapat mencari pengasuhnya dan malu saat diperhatikan orang |
18 bulan | Bisa mensimulasikan permainan seperti bermain masak-masakan |
20 bulan | Mulai berpikir tentang rasa seperti bermain boneka dengan ekspresi |
21 bulan | Mulai menunjukkan perilaku menentang |
24 bulan | Mulai mengendalikan emosi untuk mengikuti etika |
28 bulan | Cemas berpisah mulai berkurang |
30 bulan | Mengikuti aktivitas orang tua seperti menyapu atau mengepel |
33 bulan | Mulai mencoba membantu pekerjaan rumah |
3 tahun | Mulai berbagi dengan atau tanpa diminta dan dapat menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan apa yang dipikirkan |
4 tahun | Tertarik untuk "menipu" orang lain dan khawatir tertipu serta dapat menunjukkan rasa bahagia, takut, dan marah pada diri sendiri |
5 tahun | Mempunyai kelompok teman bermain dan mampu menyampaikan minta maaf ketika memiliki salah |
6 tahun | Mampu membedakan fantasi dan kenyataan |
Ciri-ciri Tantrum Normal dan Abnormal
Nah, sahabat Brainy, tantrum normal dan abnormal tentu memiliki perbedaan.
Tantrum normal berlangsung beberapa kali dalam seminggu dan sesuai dengan usia anak. Durasinya juga tidak lama dan tidak sampai melukai diri sendiri atau orang lain.
Tantrum abnormal merupakan luapan emosi yang berlebihan dan dapat menyebabkan luka, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Tantrum abnormal bisa terjadi pada siapa saja, tapi umumnya dialami oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti:
- Autisme (ASD)
- ADHD
- Disabilitas intelektual
- Gangguan bahasa
Penyebab Tantrum pada Anak
Ada beberapa faktor yang dapat memicu tantrum pada anak, yaitu:
- Kondisi fisiologis: seperti kelelahan, lapar, bosan, atau frustasi.
- Masalah kesehatan: seperti sakit gigi, demam, atau infeksi telinga.
- Penolakan: saat keinginan anak tidak terpenuhi.
- Keterampilan coping yang belum matang: anak belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik.
- Pola asuh orang tua: pola asuh yang otoriter dan peraturan yang tidak konsisten dapat memicu tantrum.
- Masalah lingkungan keluarga dan sosial: tekanan dari lingkungan sekitar juga dapat menjadi pemicu tantrum.
Tips Menghadapi Tantrum Anak
Lalu, bagaimana cara menghadapi anak yang sedang tantrum?
- Tetap tenang: jangan terpancing emosi anak.
- Berikan pelukan atau usapan lembut: tunjukkan bahwa kamu ada untuknya.
- Alihkan perhatiannya: berikan mainan atau ajak ia melakukan aktivitas lain yang ia sukai.
- Berikan pilihan: misalnya, "Kamu mau pakai baju merah atau biru?".
- Konsisten: terapkan aturan yang jelas dan konsisten, jangan mudah luluh dengan rengekan anak.
- Berikan pujian: saat ia berhasil mengendalikan emosinya, berikan apresiasi atas usahanya.
Ingat, sahabat Brainy, tantrum adalah hal yang normal. Dengarkan dan pahami emosi anak, berikan ia rasa aman dan nyaman, dan dampingi ia dalam belajar mengendalikan emosinya. Konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika tantrum anak tak kunjung membaik, ya.