Rita Susmito

Partai Golkar baru-baru ini menggemparkan jagat politik dengan video Artificial Intelligence (AI) yang menampilkan mendiang Soeharto. Video tersebut bertujuan menggaet pemilih dengan mengglorifikasi warisan sang penguasa Orde Baru. Namun, strategi ini justru menuai kritik pedas dan diprediksi bakal menjadi "senjata makan tuan" bagi Golkar.

Soeharto 'Hidup Lagi' Lewat AI

Calon legislatif dari Golkar, Erwin Aksa, mengunggah sebuah video yang menampilkan Soeharto berbicara tentang kemajuan Indonesia. Video ini dibuat menggunakan teknologi AI yang membuat seolah-olah sang presiden sedang berpidato. Kampanye ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Golkar akan melanjutkan visi Soeharto membangun bangsa.

Tanggapan Negatif Publik

Namun, respon publik terhadap video tersebut sebagian besar negatif. Warganet berbondong-bondong mengkritik strategi kampanye Golkar ini, menyebutnya sebagai upaya memanfaatkan sosok yang sudah meninggal untuk kepentingan politik. Tak sedikit yang mengecam jejak kelam Soeharto selama menjabat, seperti pelanggaran HAM dan korupsi.

Elektabilitas Golkar Terancam

Pengamat politik menilai langkah Golkar menggunakan AI Soeharto sebagai kampanye menunjukkan krisis figur di dalam partai. Golkar dianggap tidak memiliki tokoh kuat yang bisa mendongkrak elektabilitas, sehingga harus mengandalkan sosok masa lalu.

Faktanya, survei terbaru menunjukkan Golkar berada di peringkat ketiga dalam hal elektabilitas, di bawah PDIP dan Gerindra. Penggunaan sosok Soeharto justru dikhawatirkan akan semakin memperburuk elektabilitas Golkar, terutama di kalangan pemilih muda yang memiliki pandangan kritis terhadap Orde Baru.

Krisis Figur Golkar

Pengamat politik Devi Darmawan mengungkapkan bahwa mesin partai Golkar tidak berfungsi dengan baik dalam membesarkan tokoh-tokohnya. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis figur di partai berlambang pohon beringin tersebut.

Selain itu, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dianggap tidak memiliki karisma yang cukup untuk menjadi "wajah partai". Electabilitasnya dalam berbagai survei juga sangat rendah, membuat para caleg Golkar tidak bersemangat memajang wajahnya di spanduk kampanye.

Kesimpulan

Penggunaan AI Soeharto sebagai strategi kampanye Golkar dinilai sebagai langkah yang keliru. Alih-alih mendongkrak elektabilitas, strategi ini justru berpotensi menjadi bumerang bagi partai. Elektabilitas Golkar dikhawatirkan akan semakin menurun, terutama di kalangan pemilih muda yang kritis terhadap Orde Baru.

Login untuk menambahkan komentar
Klik tombol Google dibawah ini untuk masuk sebagai user

Tambahkan Komentar

Kamu mungkin juga suka