Michael Leonardo

Hai Sahabat Brainy! Tau nggak sih, ternyata ada daratan yang tenggelam di lepas pantai Australia lebih dari 70.000 tahun yang lalu? Daratan ini disebut "Atlantis yang Hilang" dan dulunya terhubung dengan Kimberley di Australia Barat dan Arnhem Land di utara Australia, lho!

Mengenal kota Atlantis yang hilang

Sekarang, daratan ini berada di kedalaman lebih dari 100 meter di bawah permukaan laut. Yang lebih keren lagi, penelitian menunjukkan kalau Atlantis yang Hilang ini dulunya dihuni manusia sebelum akhirnya mereka bermigrasi.

Bayangkan, daratan ini mungkin dihuni oleh setengah juta orang dan berfungsi sebagai jembatan untuk migrasi dari Indonesia ke Australia! Para ilmuwan menggunakan teknologi sonar untuk memetakan luasnya, yang ternyata 1,6 kali lebih besar dari Inggris! Gila, kan?

Simulasi Migrasi di Atlantis yang Hilang

Temuan ini bikin para ilmuwan penasaran tentang bagaimana migrasi ini terjadi. Nah, sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature Communications mencoba menjawab pertanyaan ini. Penelitian ini juga bisa membantu kita menemukan situs arkeologi baru yang belum terungkap, lho!

Penelitian ini fokus pada benua super besar bernama Sahul. Daratan ini muncul sekitar 70.000 tahun yang lalu, saat zaman es terakhir. Saat itu, permukaan air laut turun drastis karena suhu bumi yang sangat dingin, sehingga daratan yang sekarang menjadi Australia terhubung dengan Papua Nugini di utara dan Tasmania di selatan.

Permukaan laut tetap rendah selama ribuan tahun, tapi kondisi geologi dan lingkungannya berubah. Contohnya, pola curah hujan berubah, aliran sungai bergeser, hutan dan padang rumput menyebar atau menyusut, dan terjadi pengendapan sedimen.

Semua faktor ini memengaruhi karakteristik medan dan cara manusia menjelajahinya. Para ilmuwan pun menggunakan informasi arkeologi ini untuk mengembangkan model evolusi lanskap. Model ini mensimulasikan perubahan lanskap Sahul antara 75.000 dan 35.000 tahun yang lalu, sehingga kita bisa membayangkan seperti apa kehidupan manusia pada masa itu.

Simulasi ini juga memperhitungkan kemungkinan rute migrasi dari dua lokasi di Asia Tenggara, Papua Barat, dan Landas Laut Timor, serta situs arkeologi yang ada di lanskap modern. Simulasi ini memproyeksikan pergerakan para pemburu dan pengumpul dalam mencari makanan di lanskap yang asing.

Tristan Salles, seorang profesor geosains dan penulis utama penelitian ini, menjelaskan bahwa simulasi ini bisa membantu memperkirakan laju migrasi. "Model evolusi lanskap memungkinkan deskripsi yang lebih realistis tentang medan dan lingkungan yang dihuni oleh para pemburu-pengumpul pertama saat mereka melintasi Sahul," katanya.

Rute Migrasi dan Kecepatannya

Para peneliti menjalankan ribuan simulasi untuk mengungkap rute yang paling mungkin diambil manusia. Mereka mengikuti fitur lanskap dan ketersediaan makanan. Hasilnya, ternyata rute-rute ini membawa para pendatang baru menyusuri garis pantai dan langsung melewati pedalaman benua, mengikuti sungai-sungai besar yang ada pada saat itu.

Simulasi ini menunjukkan bahwa manusia pada zaman itu kemungkinan besar melintasi lanskap Atlantis yang Hilang dengan kecepatan sekitar 1,15 kilometer per tahun. Menurut para peneliti, kecepatan ini tergolong cepat.

Peta Keberadaan Manusia dan Situs Arkeologi Baru

Simulasi ini juga menunjukkan adanya tumpang tindih dengan wilayah di mana peneliti lain memperkirakan manusia mungkin pertama kali berkumpul di Sahul. Dengan menunjukkan ke mana kemungkinan besar orang pertama di Australia pindah, model ini bisa memberikan wawasan praktis kepada para arkeolog.

"Ada satu hasil menarik dari peta kami yang menunjukkan kemungkinan kehadiran manusia di Sahul," tulis para peneliti. "Tanpa perlu melakukan perjalanan melintasi seluruh benua, alat ini berpotensi menunjukkan dengan tepat wilayah arkeologi yang penting," tambahnya.

Model ini membantu melengkapi gambaran kehidupan di Sahul, di mana penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa setengah juta orang mungkin pernah tinggal di wilayah utara yang sekarang tenggelam.

"Studi kami adalah yang pertama menunjukkan dampak perubahan bentang alam pada migrasi awal di Sahul, memberikan perspektif baru mengenai jejak arkeologinya," tulis para peneliti.

"Jika kita juga menggunakan pendekatan seperti ini di wilayah lain, kita bisa meningkatkan pemahaman kita tentang perjalanan luar biasa umat manusia keluar dari Afrika," tambah mereka.

Keren banget, kan, Sahabat Brainy? Bayangkan, penelitian ini membantu kita memahami sejarah manusia dan bagaimana mereka menyebar ke seluruh dunia. Siapa tahu, masih banyak misteri lain yang tersembunyi di Atlantis yang Hilang ini!

Login untuk menambahkan komentar
Klik tombol Google dibawah ini untuk masuk sebagai user

Tambahkan Komentar

Kamu mungkin juga suka