Industri hiburan digital kian semarak dengan persaingan ketat di dunia layanan streaming online (OTT). Indonesia menjadi salah satu pasar utama yang diperebutkan para pemain OTT global karena jumlah pengguna digitalnya yang sangat besar.
"Persaingan OTT ini membuat kami harus bersaing memperebutkan penonton," ungkap CEO Vidio, Sutanto Hartono. Akibatnya, perusahaan OTT berlomba-lomba meningkatkan kualitas film yang dihasilkan.
Sutanto menjelaskan bahwa persaingan ini berdampak pada peningkatan biaya investasi film. Sebab, perusahaan OTT dituntut untuk menghasilkan inovasi dan kreativitas dalam setiap produksinya.
Dampak Persaingan pada Industri Film
Demi mempertahankan pangsa pasar, layanan OTT terus memperkaya konten eksklusif yang menjadi daya tarik utama pelanggan. "Konten eksklusif sangat penting bagi pelanggan," kata Sutanto.
Salah satu contohnya adalah Disney+ Hotstar yang mengandalkan film dan serial "Marvel", Netflix dengan "Stranger Things", dan Vidio dengan serial lokalnya yang banyak digandrungi masyarakat Indonesia.
Persaingan antar OTT tidak hanya berkutat pada konten, tetapi juga layanan dan teknologi. Misalnya, beberapa layanan OTT menyediakan fitur unduhan offline, dukungan perangkat lunak, hingga kualitas gambar yang mumpuni.
Implikasi pada Penonton
Persaingan OTT yang ketat pada akhirnya berimbas pada penonton. Mereka memiliki lebih banyak pilihan layanan streaming dengan konten dan fitur yang beragam.
Namun, penonton dituntut untuk lebih selektif dalam memilih layanan OTT yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Faktor pertimbangan utama biasanya meliputi kualitas konten, harga berlangganan, dan layanan pelanggan.
Kesimpulannya, persaingan OTT global yang semakin ketat membuat para pemain industri harus terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produksi film mereka. Dampaknya, investasi pada film pun semakin tinggi, membawa industri film ke era baru dengan persaingan yang semakin seru.