Dalam pidato State of the Union baru-baru ini, Presiden Joe Biden menyuarakan keprihatinannya yang mendalam terhadap kekuatan kecerdasan buatan (AI), khususnya bahaya deepfake. Pidatonya menggarisbawahi perlunya undang-undang privasi yang lebih kuat dan tindakan tegas terhadap penyalahgunaan AI.
Apa itu Deepfake?
Deepfake adalah teknologi AI yang mampu membuat konten palsu yang sangat meyakinkan, seperti video atau rekaman audio. Teknologi ini menggunakan algoritma canggih untuk memanipulasi gambar dan suara, sehingga menciptakan ilusi bahwa seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan.
Bahaya Deepfake
Deepfake menimbulkan risiko serius terhadap berbagai sektor. Misalnya, di bidang politik, deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan disinformasi dan merugikan kandidat tertentu. Dalam hal keamanan nasional, deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan propaganda atau menciptakan kebingungan.
Seruan Biden
Menyadari potensi bahaya ini, Biden menyerukan tindakan segera untuk mengatasi masalah deepfake. Ia mendesak Kongres untuk:
- Memperkuat hukuman bagi perdagangan fentanil.
- Melegalkan undang-undang privasi bipartisan untuk melindungi anak-anak secara online.
- Memanfaatkan potensi AI secara bertanggung jawab.
- Melarang penggunaan suara AI secara tidak sah.
Langkah-Langkah Tambahan
Selain seruan Biden, pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah lain untuk mengatasi deepfake. FCC (Federal Communications Commission) telah melarang penggunaan AI dalam panggilan robocall, sementara pemerintahan Biden telah bekerja sama dengan pengembang AI terkemuka untuk mengembangkan standar etika dalam penggunaan AI.
Dampak Deepfake
Deepfake merupakan teknologi yang terus berkembang dengan implikasi luas bagi masyarakat. Meskipun menawarkan potensi manfaat, teknologi ini juga memiliki potensi bahaya yang signifikan. Penting untuk tetap waspada terhadap kemungkinan penyalahgunaan deepfake dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi privasi dan keamanan kita.