Dalam upaya mendorong pertumbuhan teknologi blockchain di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) dan salah satu perusahaan pialang aset kripto terbesar di dunia, Upbit. Sinergi ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem blockchain yang berkelanjutan dan inovatif di tanah air.
Sebuah acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Jakarta, "Blockchain Frontier: Navigating Challenges, Reinforcing Regulation", menjadi momentum bagi ketiga pihak untuk membahas tantangan dan peluang industri blockchain di Indonesia. Diskusi ini dipimpin oleh Prof. Dr. Meyliana S.Kom., M.M. selaku Profesor Sistem Informasi Binus University yang juga berperan dalam penyusunan kajian Peta Ekosistem Industri Teknologi Blockchain di Indonesia.
Putra Nugraha, Chief Executive Officer Upbit Indonesia, mengungkapkan dukungan penuh terhadap kolaborasi tersebut. Menurutnya, pemahaman yang mendalam tentang dinamika industri blockchain lokal akan menjadi dasar yang kokoh dalam merumuskan kebijakan publik yang memadai.
"Dengan dukungan pemerintah, kami berharap inovasi di bidang teknologi blockchain dapat terus tumbuh dan berkembang. Selain itu, kami juga mendorong terciptanya lapangan kerja baru melalui pendidikan dan pelatihan yang berkualitas," ujar Putra.
Resna Raniadi, Chief Operation Officer Upbit Indonesia, turut menyampaikan harapannya agar pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap industri blockchain. Hal ini mencakup fasilitasi pengembangan teknologi, pembiayaan proyek yang menjanjikan, serta penguatan kerangka peraturan yang mampu melindungi keamanan berbasis blockchain.
Kolaborasi antara Kemenkominfo, ABI, dan Upbit ini diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mendorong pertumbuhan ekosistem blockchain di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam kancah teknologi blockchain global dan bersaing dengan negara-negara lain yang telah lebih maju dalam bidang ini.