Jakarta - Bukalapak (BUKA) menutup layanan kredit BukaCicilan pada akhir Februari 2024. Langkah ini dinilai positif oleh pakar ekonomi digital karena memungkinkan perusahaan menghemat pendanaan dan fokus pada bisnis intinya sebagai lokapasar.
Layanan BukaCicilan, yang merupakan hasil kolaborasi dengan Akulaku, ternyata kurang menarik bagi konsumen. Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Huda, konsumen lebih mementingkan harga murah daripada cicilan.
"Penutupan layanan yang bukan bisnis inti menjadi hal positif, terutama di tengah keterbatasan pendanaan," jelas Huda.
Belanja online memang semakin digemari masyarakat Indonesia, dengan sebagian besar memilih platform e-commerce karena adanya gratis ongkir. Oleh karena itu, fokus Bukalapak pada layanan inti, seperti menyediakan produk murah dan berkualitas, menjadi strategi yang tepat.
Penutupan layanan tertentu merupakan tren di kalangan startup saat ini. Hal ini dilakukan untuk memfokuskan sumber daya pada bisnis inti dan bersaing secara efektif.
Selain menghemat pendanaan, penutupan BukaCicilan juga memungkinkan Bukalapak meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi risiko kredit bermasalah. Dengan begitu, perusahaan dapat mengoptimalkan keuntungan dan terus berinovasi dalam layanan intinya.
Meskipun BukaCicilan ditutup, Bukalapak masih bekerja sama dengan Kredivo untuk menyediakan alternatif layanan kredit kepada pelanggan. Pelanggan BukaCicilan juga dapat menggunakan opsi pembiayaan lain yang tersedia di platform Bukalapak.
Langkah strategis Bukalapak ini menunjukkan bahwa perusahaan sedang bersiap menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri e-commerce. Dengan fokus pada bisnis inti dan penghematan pendanaan, Bukalapak dapat terus memberikan layanan yang relevan dan kompetitif kepada konsumen Indonesia.